Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia dlm merebut kemerdekaan tak bisa dilepaskan dari peran tokoh-tokoh Islam. Mereka bergerak dan mengambil peran penting dlm mendorong perlawanan terhadap penjajah dan merebut kemerdekaan.
Tokoh-tokoh keagamaan seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya jg turut mengerahkan para santri dan masyarakat sipil yg kala itu lebih patuh pd para kyai dibanding pemerintah sebagai milisi perlawanan. Perlawanan rakyat Indonesia yg semula spontan dan tak terkoordinasi ni pun makin hari menjadi teratur.
Berikut Republika Online (ROL) akan mengupas sedikit tentang siapa mereka dan bagaimana peran mereka dlm kemerdekaan Republik Indonesia.
Bung Tomo, Sang Pembakar Perlawanan Surabaya - Bicara tentang Hari Pahlawan, maka tak bisa dilepaskan dari perlawanan heroik dari masyarakat Surabaya dlm melawan sekutu, serta figur Sutomo / lebih dikenal dgn Bung Tomo.
Sutomo yg lahir di Surabaya pd 3 Oktober 1920 tumbuh di tengah keluarga yg sangat menjunjung tinggi pendidikan. Ayahnya, Kartawan Tjiptowidjojo, merupakan sosok yg serba bisa.
Ayah Sutomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, staf pribadi di perusahaan swasta, asisten di kantor pajak pemerintahan, hingga bekerja sebagai pegawai kecil di perusahaan ekspor-impor Belanda.
Memiliki latar belakang dari keluarga kelas menengah, Sutomo suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pria yg lebih dikenal dgn panggilan Bung Tomo ni jg tumbuh menjadi sosok yg terus terang, dan penuh semangat.
Meskipun saat berusia 12 tahun Bung Tomo terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, ia tetap menyelesaikan pendidikan HBS-nya kemudian melalui korespondensi, walaupun tak tidak pernah resmi lulus. Sutomo jg bergabung dgn Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Filsafat kepanduan serta kesadaran nasionalis yg ia dapatkan dari KBI dan kakeknya ia akui sebagai pengganti yg baik untuk pendidikan formalnya yg terputus.
Prestasi yg ia capai saat berusia 17 tahun berhasil membawa Sutomo terkenal. Kala itu, Sutomo berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yg mencapai peringkat Pandu Garuda. Pada 1942, sebelum pendudukan Jepang, hanya ada tiga orang Indonesia saja yg bisa mencapai peringkat ini. Selain menonjol karena prestasi itu, Sutomo jg pernah meraih kesuksesan sebagai jurnalis.
Sutomo kemudian memutuskan untuk bergabung dgn sejumlah kelompok politik dan sosial. Karirnya sebagai anggota Gerakan Rakyat Baru yg disponsori Jepang pd 1944 biasa-biasa saja. Kala itu, hampir tak seorang pun mengenal Sutomo. Akan tetapi, pd November 1945, sosoknya kembali mencuat karena berhasil mengobarkan semangat rakyat Surabaya yg tengah diserang habis-habisan oleh tentara Inggris.
Seruan-seruan Sutomo yg penuh emosi dan disiarkan melalui siaran-siaran radio merupakan salah satu momen yg membuatnya dikenang oleh banyak orang. Meskipun pd akhirnya Surabaya tetap jatuh ke tangan Inggris, pertempuran 10 November 1945 itu tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dlm sejarah kemerdekaan Indonesia karena perjuangan para rakyat Surabaya turut membangkitkan semangat rakyat di seluruh penjuru Indonesia. - Republika
source : http://bbc.co.uk, http://flickr.com, http://peristiwafenomena.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar