Selasa, 02 Juni 2015

Sisi Gelap Seorang Idol

Sisi Gelap Seorang Idol
Minegishi Minami
Saat ini pekerjaan menjadi seorang idol dapat dikatakan telah menjadi salah satu pekerjaan dgn jumlah penggemar terbanyak di negara ini. Dimulai dari 'serangan' Korean wave yg menjual pemuda-pemudi nan enak dipandang serta mahir menari, trend idol grup dgn jumlah anggota yg begitu banyak hingga idol grup lokal semacam SM*SH, Cherrybelle hingga JKT48. Kehadiran idol grup di Indonesia semakin menyemarakkan dunia entertaintment Indonesia dan semakin memperkaya pilihan musik untuk dinikmati.
Meski bagi para penggemar hal ini dapat dikatakan sebagai 'berkah', namun bagaimana dgn pelaku pekerjaan tersebut, sang idol itu sendiri? Karena dgn menjadi idol maka secara tidak langsung akan menjadi "milik fans" dan tidak jarang, kehilangan suatu hal yg disebut 'kebebasan'.

Meskipun secara khusus setiap manajemen idol grup memiliki peraturan yg berbeda, namun secara umum mereka pasti memiliki peraturan yg melarang sang idol untuk bertindak semaunya agar menghindari cap buruk dari para fans. Hal ini karena dalam dunia idol (khususnya dari Jepang) menganut paham "fans adalah raja".
Bila melihat usaha mereka menjadi terkenal, cukup adil apabila dikatakan bahwa sang idol merupakan milik manajemen sepenuhnya dan memiliki kewajiban untuk melakukan hal yg diperbolehkan manajemen dan menjauhi hal yg dilarang manajemen. Karena idol bukanlah "artis (seniman)". Idol merupakan milik manajemen sedari mereka masuk ke manajemen tersebut, mereka kemudian dilatih agar fasih bernyanyi dan menari. Kemudian bila dirasa siap mereka akan dipromosikan kedalam sebuah idol grup / berkarir solo.
Hal ini berbeda dgn artis (semacam musisi band / solo) yg berjuang sendiri dari nol, mulai dari penyanyi kafe/jalanan / bahkan 'mengemis' demi mendapatkan kontrak rekaman sebelum menjadi terkenal. Artis juga tidak (terlalu) memiliki kewajiban untuk mematuhi manajemen mereka untuk menciptakan karya agar bisa diterima pasar. Disini perbedaannya, artis (seniman) itu menciptakan karya, sementara idol itu melaksanakan karya.
Sisi Gelap Seorang Idol
L'arc~en~ciel.
Salah satu musisi band Jepang yg berkarir dari nol.
Kembali ke idol. Selain bernyanyi dan menari di hadapan fans mereka, para idol ini memiliki 'pekerjaan' lainnya. Ditengah waktu mereka yg padat untuk berlatih dan tampil di panggung, mereka juga harus 'meluangkan' waktu untuk memberikan fans-service kepada fans mereka, biasanya dari memposting foto diri mereka yg terbaru melalui jejaring sosial maupun dari event-event khusus dimana mereka bisa bertemu langsung dgn fans.
Paling terkenal (atau terpopuler) bagi fans di Indonesia tentu 48Family dgn Golden Rules mereka. Kehadiran sister grup internasional mereka ; JKT48 di Indonesia seakan membuka mata orang awam di Indonesia tentang trend idol grup negeri Sakura hingga hal-hal semacam photopack dan foto gravure.
Golden Rules milik 48Family begitu terkenal karena melarang member 48Family untuk melakukan kontak dgn lawan jenis (dalam hal ini ; laki-laki, karena semua member 48Family adalah perempuan) selain bersalaman, dilarang membalas kicauan fans secara langsung di situs jejaring sosial twitter, dilarang minum minuman keras dan berbagai hal lainnya. Semua dilakukan agar tetap menjaga image 'gadis polos' agar mampu menjaring fans.
Sisi Gelap Seorang Idol
JKT48, sister grup luar negeri AKB48.
Namun banyak orang diluar sana yg merasakan shock-culture ketika mengetahui bahwa AKB48 disana selain menghibur fans mereka dgn musik, mereka juga merilis photobook gravure. Bagi yg belum mengetahui gravure itu apa, gravure adalah pekerjaan dimana seorang model difoto menggunakan pakaian minim/pakaian renang. Semua itu agar memberikan fans-service kepada fans-fans yg (mungkin) hanya menyukai perawakan member secara fisik.
Karena hal tersebut banyak yg berpikiran bahwa JKT48 suatu saat akan menerbitkan photobook gravure juga. Mungkin iya mungkin juga tidak. Namun melihat kultur di Indonesia yg menganggap tabu hal-hal seperti itu, sepertinya JKT48 tidak akan merilis foto seperti itu. Hal ini bertujuan agar tidak kehilangan fans akibat image buruk yg mereka tampilkan. Selain itu, foto berbusana minim di negara Jepang bisa dibilang sebagai suatu hal yg wajar dan biasa disana, sebuah foto gadis berbikini di Jepang mungkin mirip dgn foto gadis berpose manis dgn baju biasa di Indonesia.
Namun kembali lagi, menjadi member 48Family dgn Golden Rules yg begitu mengikat dapat dikatakan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini karena (meskipun telah diberikan kontrak) para idol seakan menjadi 'boneka' manajemen yg bisa mereka 'dandani' dan 'tampilkan' agar fans senang. Seperti kata teman saya @tehpocii ; idol = I just doll (saya hanya boneka).
Well, larangan untuk melakukan kontak dan terlibat cinta dgn lawan jenis bagi gadis remaja mungkin secara logika bisa dibilang pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Namun itulah 'harga' yg harus dibayar mereka yg berprofesi menjadi idol, untuk hidup 'dibawah' kendali manajemen dan selalu menyenangkan fans, mungkin tanpa mempedulikan kesehatan mereka sendiri, baik fisik maupun mental.
Jadi, sesungguhnya menjadi seorang idol itu pekerjaan yg menyenangkan / malah membebani seseorang? Semua kembali kepada sifat dan tujuan individu tersebut menjadi idol, dan para fans 'memperlakukan' idola mereka.
Sisi Gelap Seorang Idol

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

All content at MY BLOG was found freely distributed on the internet and is presented for informational purposes only.
Images / photos / videos found in this site reserved by its respective owners.
We does not upload or host any files.
Home | DMCA | Contact