Sabtu, 29 Agustus 2015

[Tahukah Anda..??] Aku Menangis Untuk Adikku

Aku Menangis Untuk Adikku
fenanote.blogspot.com - Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yg sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit.Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untk membeli sebuah Hand phone yg mana semua teman di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima ratus ribu dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut didepan tembok, dgn sebuah tongkat bambu di tangannya.:

"Siapa yg mencuri uang itu?" Beliau bertanya.

Aku terpaku, terlalu takut untk berbicara. Ayah tak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan :

"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!".

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata :

"Ayah, aku yg melakukannya! ".

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayahku begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisannafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,:

"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang ?, hal memalukan apa lagi yg akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tak tahu malu!".

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dlm pelukan kami. Tubuhnya penuh dgn luka, tetapi ia tak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dgn tangan kecilnya dan berkata :

"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tak memiliki cukup keberanian untk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika adikku berada pd tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untk masuk ke SMA di pusat kota. Pada saat yg sama, saya diterima untk masuk kesebuah universitas swasta di jakata. Malam itu, ayah berjongkok di halaman,menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut :"Kedua anak kita memberikan hasil yg begitu baik...hasil yg begitubaik..."
Ibu mengusap air matanya yg mengalir dan menghela nafas. Sambil berkata :

"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?".

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata :

"Ayah, saya tak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pd wajahnya sambil berkata :

"Mengapa kau mempunyai jiwa yg begitu keparat lemahnya?. Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!".

Dan begitu kemudian ia mengetuk tiap rumah di dusun itu untk meminjamuang. Aku menjulurkan tanganku selembut yg aku bisa ke muka adikku yg membengkak, dan berkata :

"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tak ia tidakakan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.".

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untk tak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dgn beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yg sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:

"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirim mu uang.".
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dgn airmata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun.Aku 20. Dengan uang yg ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yg adikku hasilkan dari mengangkut semen pd punggungnya di lokasi konstruksi,aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan :

" Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !".

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, :

"Mengapa kamu tak bilang pd teman Kostku kamu adlh adikku?"

Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yg akan mereka pikir jika mereka tahu saya adlh adikmu? Apa mereka tak akan menertawakanmu? "

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dlm kata-kataku :

"Aku tak perduli omongan siapa pun! Kamu adlh adikku apa pun juga! Kamu adlh adikku bagaimana pun penampilanmu. ..".

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jaket. Dan Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan :

"Saya melihat semua laki-laki di kota memakainya. Jadi saya pikir kamu jg harus memiliki satu."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

All content at MY BLOG was found freely distributed on the internet and is presented for informational purposes only.
Images / photos / videos found in this site reserved by its respective owners.
We does not upload or host any files.
Home | DMCA | Contact