fenanote.blogspot.com - Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yg dpt dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dgn riang. "Jika tempe ni yg nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. .." demikian dia selalu memaknai hidupnya.
Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yg dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh.Tempe yg akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ni pasti dia tak akan mendapatkan uang, untk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yg akan dia olah kembali menjadi tempe.
Di tengah putus asa,terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yg mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yg hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ni menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..." Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya.
Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yg menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum jg berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dgn memaksa senyum, dia berdiri. Diayakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi.
Dia yakin, Allah tak akan menyengsarakan hambanya yg setia beribadah. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dlm keranjang,dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yg mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yg bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah.Bantulah aku, kabulkan doaku..."
Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe.Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. "Keajaiban Tuhan akan datang... pasti," yakinnya.
Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "tangan" Tuhan tengah bekerja untk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.
Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe!" batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.
Air mata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tak dikabulkan? Kenapa tempe ni tak jadi? Apakah Tuhan ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.
Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yg telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yg mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya.
Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dpt berjualan... esok dia pun tak akan dpt makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yg lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yg mulai berkemas. Dianggukinya mereka yg pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat...
Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yg setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yg menjualnya. Ibu punya?"
Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ni aku tak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yg tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe..." Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe..."
"Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi.
Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dgn gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yg dia lihat, sahabat?? Di balik daun yg hangat itu, dia lihat tempe yg masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah!" pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.
Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yg belum jadi?"
"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Shalauddin, yg kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yg belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?"
-------------------------------------------------------------------------------- Sahabat……Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan" Allah memberikan apa yg menurut kita paling cocok untk kita. Dan jika doa kita tak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa dan merasa ditinggalkan Padahal, Allah paling tahu apa yg paling cocok untk kita. Bahwa semua rencananya adlh SEMPURNA. Banyak orang yg merasa frustasi karena kenyataan mereka tak sesuai dgn impian. Sebagai contoh, ada seorang anak yg ingin kuliah di Universitas A, tapi nyatanya biaya tak mencukupi. Atau, mereka yg merantau ke kota besar, bermimpi ingin mendapatkan pekerjaan berkelas nasional bahkan internasional, tapi nyatanya yg didapatkan hanyalah pekerjaan biasa-biasa saja & apa adanya.
Ada jg seorang pengusaha, yg mungkin mengharapkan kenaikan profit 10 kali, malah mengalami kebangkrutan. Apa yg kita harapkan, kadang memang tak sesuai dgn kenyataan. Lalu apa yg harus kita lakukan?
Berikut adlh 3 langkah / tips yg bisa Kita lakukan saat mimpi tak sesuai dgn kenyataan: 1. Bertindaklah selalu secara fleksibel dan dinamis Jika Anda betul-betul ingin menggapai kesuksesan, maka diperlukan *kesiapan* untk bisa bertindak secara fleksible dan dinamis terhadap tiap perubahan yg terjadi.
Saat ada badai / angin topan yg besar, tak jarang kita melihat pohon yg memiliki batang yg sangat besar tumbang! Apa sebab? Sebab mereka tak kuat menahan beban yg diterima.
Tapi coba tengoklah bambu! Karena batangnya yg lentur, maka bambu bisa fleksibel bergerak ke segala arah, dan jarang tumbang!
Nah, begitu pun dgn kita! Jika kita bertindak dan berpikir dinamis dan jg fleksibel, maka kita akan lebih tahan dlm menghadapi tantangan dan perubahan serta masalah yg datang.
2. Berpikirlah bahwa INILAH yg terbaik untk kita! , Yakinlah bahwa apa yg sedang terjadi adlh yg terbaik untk kita. Kita tak pernah tahu skenario yg telah ditetapkan-Nya. Karena, segala sesuatu yg menurut logika kita baik, bisa jadi justru sebaliknya di mata Tuhan! Dan jangan pernah berhenti untk berdo’a sebagaimana nenek Penjual Tempe diatas, sudah jelas-jelas pertolongan sudah di depan mata, tapi dia tetap berdo’a.
3. Siapkan MENTAL PEMENANG! Saat kita mengalami kegagalan, lebih baik instropeksi diri daripada menyalahkan takdir. Siapa tahu, kita memang belum siap jadi pemenang!
Bisa jadi kesuksesan hanya akan membuat kita menjadi sombong, dan karena saking sayangnya Tuhan kepada kita, Ia tak mau hamba-Nya berbuat dosa.
Rejeki dan kemenangan itu sungguh tak terkira banyaknya dari Tuhan, masih banyak yg menggantung di langit! :Sekarang tinggal bagaimana cara kita! Apakah mau meraihnya? / mengharapkan turun dgn sendirinya?
Saya sarankan, jangan pernah memilih yg kedua, Kita semua tahu bahwa yg namanya kemenangan itu seringkali dimiliki oleh mereka yg tdk pernah berhenti berusaha!
Terkadang Tuhan menutup pintu yg satu, untk membuka pintu yg lain. Mari Kita Raih Kesuksesan Bersama Rumah Yatim Indonesia, Do’a Kami Senantiasa Menyertai Anda, Insya Allah… http://rumah-yatim-indonesia.org Rekening Rumah Yatim Indonesia :
Bank BCA : 230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (Recomended) 230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
Bank MANDIRI : 156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
Bank MUAMALAT : 305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
Bank BNI : 0184300117 atas nama Muhammad Aly (Ust.Aly/Pimpinan)
Bank BRI : 1169-01-001027-50-5 atas nama Muhammad Aly
Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan: SMS ke 081313999801 / 087885554556 / 088211065485 / 021-98244440 / 0265-9025123 ( Ust.Aly )
Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yg dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh.Tempe yg akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ni pasti dia tak akan mendapatkan uang, untk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yg akan dia olah kembali menjadi tempe.
Di tengah putus asa,terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yg mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yg hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ni menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..." Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya.
Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yg menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum jg berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dgn memaksa senyum, dia berdiri. Diayakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi.
Dia yakin, Allah tak akan menyengsarakan hambanya yg setia beribadah. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dlm keranjang,dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yg mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yg bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah.Bantulah aku, kabulkan doaku..."
Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe.Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. "Keajaiban Tuhan akan datang... pasti," yakinnya.
Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "tangan" Tuhan tengah bekerja untk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.
Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe!" batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.
Air mata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tak dikabulkan? Kenapa tempe ni tak jadi? Apakah Tuhan ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.
Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yg telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yg mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya.
Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dpt berjualan... esok dia pun tak akan dpt makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yg lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yg mulai berkemas. Dianggukinya mereka yg pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat...
Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yg setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yg menjualnya. Ibu punya?"
Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ni aku tak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yg tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe..." Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe..."
"Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi.
Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dgn gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yg dia lihat, sahabat?? Di balik daun yg hangat itu, dia lihat tempe yg masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah!" pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.
Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yg belum jadi?"
"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Shalauddin, yg kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yg belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?"
-------------------------------------------------------------------------------- Sahabat……Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan" Allah memberikan apa yg menurut kita paling cocok untk kita. Dan jika doa kita tak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa dan merasa ditinggalkan Padahal, Allah paling tahu apa yg paling cocok untk kita. Bahwa semua rencananya adlh SEMPURNA. Banyak orang yg merasa frustasi karena kenyataan mereka tak sesuai dgn impian. Sebagai contoh, ada seorang anak yg ingin kuliah di Universitas A, tapi nyatanya biaya tak mencukupi. Atau, mereka yg merantau ke kota besar, bermimpi ingin mendapatkan pekerjaan berkelas nasional bahkan internasional, tapi nyatanya yg didapatkan hanyalah pekerjaan biasa-biasa saja & apa adanya.
Ada jg seorang pengusaha, yg mungkin mengharapkan kenaikan profit 10 kali, malah mengalami kebangkrutan. Apa yg kita harapkan, kadang memang tak sesuai dgn kenyataan. Lalu apa yg harus kita lakukan?
Berikut adlh 3 langkah / tips yg bisa Kita lakukan saat mimpi tak sesuai dgn kenyataan: 1. Bertindaklah selalu secara fleksibel dan dinamis Jika Anda betul-betul ingin menggapai kesuksesan, maka diperlukan *kesiapan* untk bisa bertindak secara fleksible dan dinamis terhadap tiap perubahan yg terjadi.
Saat ada badai / angin topan yg besar, tak jarang kita melihat pohon yg memiliki batang yg sangat besar tumbang! Apa sebab? Sebab mereka tak kuat menahan beban yg diterima.
Tapi coba tengoklah bambu! Karena batangnya yg lentur, maka bambu bisa fleksibel bergerak ke segala arah, dan jarang tumbang!
Nah, begitu pun dgn kita! Jika kita bertindak dan berpikir dinamis dan jg fleksibel, maka kita akan lebih tahan dlm menghadapi tantangan dan perubahan serta masalah yg datang.
2. Berpikirlah bahwa INILAH yg terbaik untk kita! , Yakinlah bahwa apa yg sedang terjadi adlh yg terbaik untk kita. Kita tak pernah tahu skenario yg telah ditetapkan-Nya. Karena, segala sesuatu yg menurut logika kita baik, bisa jadi justru sebaliknya di mata Tuhan! Dan jangan pernah berhenti untk berdo’a sebagaimana nenek Penjual Tempe diatas, sudah jelas-jelas pertolongan sudah di depan mata, tapi dia tetap berdo’a.
3. Siapkan MENTAL PEMENANG! Saat kita mengalami kegagalan, lebih baik instropeksi diri daripada menyalahkan takdir. Siapa tahu, kita memang belum siap jadi pemenang!
Bisa jadi kesuksesan hanya akan membuat kita menjadi sombong, dan karena saking sayangnya Tuhan kepada kita, Ia tak mau hamba-Nya berbuat dosa.
Rejeki dan kemenangan itu sungguh tak terkira banyaknya dari Tuhan, masih banyak yg menggantung di langit! :Sekarang tinggal bagaimana cara kita! Apakah mau meraihnya? / mengharapkan turun dgn sendirinya?
Saya sarankan, jangan pernah memilih yg kedua, Kita semua tahu bahwa yg namanya kemenangan itu seringkali dimiliki oleh mereka yg tdk pernah berhenti berusaha!
Terkadang Tuhan menutup pintu yg satu, untk membuka pintu yg lain. Mari Kita Raih Kesuksesan Bersama Rumah Yatim Indonesia, Do’a Kami Senantiasa Menyertai Anda, Insya Allah… http://rumah-yatim-indonesia.org Rekening Rumah Yatim Indonesia :
Bank BCA : 230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (Recomended) 230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
Bank MANDIRI : 156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
Bank MUAMALAT : 305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
Bank BNI : 0184300117 atas nama Muhammad Aly (Ust.Aly/Pimpinan)
Bank BRI : 1169-01-001027-50-5 atas nama Muhammad Aly
Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan: SMS ke 081313999801 / 087885554556 / 088211065485 / 021-98244440 / 0265-9025123 ( Ust.Aly )
source : http://masrozi.blogspot.com, http://solopos.com, http://kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar