Kamis, 31 Desember 2015

Menerangkan Tentang Tatakrama Seorang Guru Bersama Muridnya - AMAL

fenanote.blogspot.com - Terjemah Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim Karya Hadlratus Syaikh
K.H Muhammad Hasyim Asy’ari rahimahullahu ta’ala

Menerangkan Tentang Tatakrama Seorang Guru Bersama Muridnya

BAB VII
Menerangkan Tentang Tatakrama Seorang Guru Bersama Muridnya

Dalam bab ni dijelaskan ada 14 macam budi pekerti seorang guru terhadap murid-muridnya.

PERTAMA Hendaknya dlm mengajar dan mendidik mereka berharap ridho Allah dan bermaksud untk menyebarkan ilmu dan mengeksiskan syari’at dan mempertahankan kebenaran dan keadilan dan melestarikan kebaikan umat dgn memperbanyak para ilmuan, dan mengharapkan pahala dari orang yg menyelesaikan belajarnya dan mengharapkan barokahnya do’a mereka kepadanya dan kasih akung mereka dan memudahkan masuknya ilmu, antara Rosul SAW dan antara ulama’ dan menganggap bahwa seorang guru adlh termasuk orang yg menyampaikan wahyu dan hukum-hukum Allah kepada mahluknya sesungguhnya mengajarkan ilmu termasuk perkara yg penting didalam agama dan derajad yg tinggi bagi orang-orang mu’min.
Rosulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya dan penduduk langit dan bumi sampai semut yg berada didalam lubangnya mendo’akan kepada seseorang yg mengajarkan kebaikan kepada manusia. Demi sifat hayat-Mu (Allah ) ni merupakan suatu bagian yg agung, maka mendapatkannya adlh suatu keuntungan yg besar. Ya Allah janganlah Engkau menghalangi kami dari ilmu dgn suatu penghalang dan kami mohon perlindungan Mu dari perkara-perkara yg memutuskan ilmu dan perkara yg mengotorinya dan kendala yg menghalanginya dan sirnanya ilmu.

KE-DUA Hendaknya seorang guru tak tercegah untk mengajar muridnya karena tak ihklasnya niat muridnya itu. Sesungguhnya bagusnya niat diharapkan dgn barokah ilmu. Sebagian Ulama’ salaf berkata :kami menuntut ilmu karena selain Allah, maka ilmu itu menolak kecuali karena Allah dikatan : makna kaul tersebut adlh bahwasanya ilmu dpt diperoleh dgn niat karena Allah karena apabila niat yg ikhlas disyaratkan ketika mengjar para pemula, yg mana mereka sulit untk ikhlas, maka hal itu akan menyebabkan hilangnya ilmu dari kebanyakan manusia. Akan tetapi seorang guru mengajarkan kepada para pemula dgn niat yg baik-baik secara pelan-pelan, baik ucapan / perbuatan, dan memberi tahu kepadanya, bahwa sesungguhnya dgn bagusnya niat dia akan memperoleh derajat yg tinggi dari ilmu dan amal dan memperoleh anugerah yg baik, dan memperoleh berbagai macam hikmah dan terangnya hati dan lapannya dada, dan memdapat kebaikan dan bagusnya keadaan dan lurusnya ucapan dan tingginya derajad dihari kiamat. Dan seorang guru menumbuhkan rasa senang pd mereka terhadap ilmu dan mencarinya dgn masa yg panjang dgn menyebutkan apa yg telah Allah berikan kepada para ulama’ yg berupa derajad yg tinggi, sesungguhnya mereka adlh pewaris para nabi dan diatas mimbar dari yg diharapkan para nabi dan syuhada’ selain itu yg menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan ulama’ adlh ayat-ayat khobar, atsar dab syair-syair, dan sebagiannya telah aku sebutkan pd bab awal. Dan menumbuhkan rasa senang terhadap ilmu terhadap apa yg ditetapkan untk mewujudkan ilmu seperti merngkum sesuatu yg mudah dan secukupnya dgn perkara dunia dgn sibuknya hati perkara yg berkaitan dgn dunia dan perkara yg menyibukkan fikiran dan memisahkan keprihatinan dgn sebab dunia.
Maka berpalingnya hati dari berinteraksi (berhubungan) ketergantungan akan rakus dgn dunia dan memperbanyaknya dan merasa suah akan terpisah darinya. Maka mengombinasikan (menyatukan) antara hati dan ruhnya hanya untk agamanya saja / untk kemulyaan dirinya atas kedudukannya dan lebih sedikit perasaan dan yg lebih penting untk menghafalkan ilmu dan menambahinya.
Oleh karena itu sedikit sekali orang yg mendapatkan ilmu secara sempurna kecuali orang-orang yg ada dlm dirinya sifat faqir (sederhana), qona’ah (merasa cukup) dan berpaling pencurian dunia dan harta benda yg fana (fatamorgana / rusak).

KE-TIGA Hendaknya menyukai mencari sesuatu (ilmu) sebagaimana yg dia sendiri menyukainya, seperti yg telah tercantum dlm hadits dan membenci sesuatu terhadapnya sebagaimana hadits membencinya. Dan bersungguh-sungguh dlm pencarian (ilmu) yg baik. Dan menggauli para santri sebagaimana dia menggauli sesuatu pd anak-anaknya yg mulya dgn kasih akung, berbuat baik, sabar atas keras kepala atas kurangnya sesuatu yg menimpanya dan tak menjahui / menyendiri dari pergaulan manusia. Sama saja tatakrama disabagian masa ini, dan membuat alasan sekiranya mungkin. Dan menkondisikan semua itu dgn nasehat tutur kata yg lembut tak kasar / menganiyayanya. Dengan itu semua bertujuan atas pendidikannya yg baik dan bagusnya akhlaknya dan pekerti tingkahnya. Apabila cara mengetahui kecerdasan mereka dgn isyarat saja mak tak ada kebutuhan / gunanya dgn cara ibarat (mencontohkan) dan apabila belum paham jg kecuali dgn terangnya ibarat maka didatangkan cara itu tak apa-apa. Dan menjaga diri (bertahan) dari semua yg menjelekkan mereka dan bertutur kata yg halus dan bertatakrama dgn budi pekerti yg luhur dan mensupport (mendorong) nya pd budi pekerti yg diridhoi dan memberi wasiat (wejangan) dgn perkara-perkara yg bagus dan atas hukum-hukum syari’at.

KE-EMPAT Hendaknya mempermudah para santri menyampaikan materi dgn semudah mungkin dlm pengajarannya. Dan dgn tuturkata yg lembut dlm memberi kepahaman, apalagi santri itu keluarga sendiri. Oleh karena semua itu hanya untk kebaikan tatakrama dan bagusnya pencarian asasfaidah dan menjaga dari hal-hal yg langka. Dan tak boleh menyimpan (menyembunyikan) bila ditanyai sesuatu karena itu adlh bagian dari dirinya, karena terkadang hal-hal tersebut membingungkan dan membuat bimbang hati, dan berpalingnya hati dan menyebabkan kegelisahan / kegusaran. Demikian jg jangan menyampaikan sesuatu yg bukan bidangnya karena itu dpt membekukan hati dandengan kefahaman. Apabila santrinya bertanya sesuatu dari hal tersebut dan tak menjawab dan tak memberitahunya maka akan membahayakan dirinya sendiri dan tak bermanfaat apabila dia (guru) mencegah hal tersebut dari pd santri bukan karena bakhil (pelit) tapi karena kasih akung dan karena hanya menyayanginya, kemudian menyukai hal tersebut dlm bersungguh-sungguh dan karena untk mendapatkan sesuatu yg disukai / yg lain. Imam Bukhori sungguh-sungguh telah mengatakan dlm kitab Ar-Robbani bahwasanya beliau dlm hal mendidik manusia dgn semudah-mudahnya (kecilnya) ilmu sebelum mengajarkan kepada mereka yg (besar) yag sulit.

KE-LIMA Hendaknya bersungguh-sungguh dlm pengajaran dan memberi kepahaman pd santri dgn mencurahkan daya upaya dan menjelaskan materi walaupun hanya mendekati arti tak berlebihandan bukan memberatkan hati dan yg melampaui batas-batas hafalan. Dan menjelaskan sesuatu yg dimana ibarat hati menjadi terhenti karena telah mengerti arti tersebut. Dan mencari-cari hitungan seberapa dia telah mengulang-ulangi. Pertama-tama dgn menjelaskan gambaran masalah-masalah kemudian memberikan keterangan dgn sesuatu contoh dan menyebutkan dalil-dalil yg berhubungan dgn itu dan meringkas dlm pemberian gambaran beberapa contoh dan membuat perumpamaan (contoh) bagi yg belum menguasai materi (belum ahli) untk kepahaman dlm mencerna (mengmbil) contoh-contoh dan dalil-dalilnya. Dan menyebutkan dalil dan mengambil dalil dari orang yg mempunyainya. Dan menerangkan kepada santri yaitu makna (arti) yg samar hikmahnya. Dan alasan-alasan dan sesuatu yg berkaitan dgn masalah tersebut berupa asalnya mupun cabangnya. Dan dari salah sangka dlm masalah tersebut hukum, pengecualian (pemecahan masalah) dan memindah ibarat (perumpamaan) yg baik cara penyampaiannya, dan jauh dari mengurangi derajad seorang ulama’, dan bermaksud menerangkan salah faham tersebut berupa nasehat dan devinisi pemindahan yg benar. Dan menyebutkan sesuatu yg menyamai dgn masalah-masalah tersebut dan kemudian mempraktekkannya, dan sesuatu yg membedai dan yg mendekatinya. Dan menerangkan mana yg harus diambil dari dua hikum dan perbedaan antara dua masalah yg bertentangan. Dan tak boleh mencegah menyebutkan suatu lafadz dgn malu dari seorang yg lain. Biasanya apabila dia membutuhkan pd hal tersebut dan belum menyempurnakan penjelasannya kecuali dgn menerangkannya, apabila lafadz tersebut berupa kinayah (kiasan) maka guru harus memberikan kesimpulan hukumnya secara sejelas-jelasnya dan tak menjelaskan dgn cara menyebutkan tapi cukup dgn kinayah pula.
Demikian jg apabila dlm suatu majelis ada seorang yg tak layak dlm menyebutkan lafadz tersebut dgn hadirnya rasa malu pd dia / secara samar, maka seorang guru harus membuat kinayah dari lafadz tersebut / dgn selainnya oleh karena arti-arti itu perbedaan keadaan terdapat dlm hadits yg biasanya menjelaskan secara detail dan kadang jg dgn kinayah yg lain. Dan apabila guru sudah selesai pd pelajarannya maka tak apa-apa seorang guru menyodorkan (mengemukakan) masalah-masalah yg berkaitan dgn hal tersebut atas para santri (murid) dgn tujuan sebagai ujian (pengetesan) dgn hal tersebut kefahaman mereka dan hafalan mereka atas semua yg telah dijelaskan. Apabila sudah tampak pd mereka pelajar yg kuat kefahamannya dgn cara mengulang-ulang jawaban yg benar maka berterimakasihlah padanya. Dan barang siapa belum faham maka guru harus menyuruhnya dgn halus untk mengulanginya. Adapun maksud dgn memberikan masalah-masalah tersebut sesungguhnya santri ketika mereka kadang-kadang malu dari ucapannya (murid) maka dia belum faham adakalanya untk menghilangkannya dgn membalas pengulangannya kepada guru / untk mempersempit waktu / karena malu dari orang-orang yg hadir / agar mereka tak tertinggal dgn membaca dari yg lain dgn sebab malu itu.
Oleh karena itu seyogyanya bagi guru untk tak berkata / bertanya kepada murid apakah engkau sudah faham ? kecuali apabila tak bermasalah (aman) dari ucapan guru yaitu jawaban ya yg dijawab murid sebelum mereka belum faham. Kemudian apabila tak aman / membuat malu bagi murid / yg lainnya maka janganlah bertanya tentang kepahaman karena hal itu kadang-kadang guru menanyakannya akan terjadi kebohongan ucapan murid dgn ya karena sesuatu yg telah jelas dari beberapa sebab.Tapi seorang guru hendaknya melontarkan permasalahan kepada murid sebagaimana yg telah disebutkan.
Apabila seorang guru bertanya kepada murid tentang kefahaman (faham/belum) dan murid menjawab ya (sudah faham) maka jangan memberinya permasalahan yg baru setelah itu, terkecuali jika hal tersebut menyebabkan siswa malu dgn masalah tersebut karena dgn jelasnya perbedaan suatu jawaban yg dilontarkan siswa. Dan jg seyogyanya bagi guru untk memerintah seorang murid dlm mempelajari pelajaran yg mencocokinya.Sebagaimana keterangan yg akan datang Insya’ Allah, dan dgn pengulangan pelajaran setelah selesai menjelaskan sesuatu antara mereka (murid) dgn tujuan agar tetap pd hati mereka dan meresap padanya kefahaman pelajaran. Kerena semua hal tersebut mendorong atas kesungguhan pikiran dan pengokohan badan (jiwa) dlm pencarian yg haq (benar).

KE-ENAM Meminta terhadap santri untk senantiasa mengulangi hafalannya dan menguji hafakannya yg telah lalu seperti kaidah-kaidah yg dianggap sulit dan masalah-masalah konteporer. Tidak lupa hendaknya sang guru senantiasa memberikan informasi yg terkait dgn pokok-pokok bahasan / dalil-dalil yg telah dipelajari. Apabila diantara mereka memberikan jawaban benar dan tak takut / grogi maka berterima kasilah dan pujilah dihadapan kawan-kawannya agar mereka tergugah semangatnya untk mencari tambahan.
Begitu pula jika mereka beraspirasi dan tak takut unjuk gigi dgn kemampuannya yg minim itu maka berilah semangat dgn memberikan iming-iming cita-cita yg tinggi / kedudukan yg terkait dgn ilmu. Apalagi teguran itu bisa membuatnya semangat dan akhirnya dia bisa berterimakasih.Hendaknya pula mengulangi materi-meteri yg terkait bahasannya agar siswa faham.

KE-TUJUH Apabila seorang murid melakukan sesuatu yg belum waktunya dan menghawatirkan maka dinasehati dgn lemah lembut dan ingatkan dgn hadits Nabi sesungguhnya bagi tanaman itu taklah mengenal bumi yg gersang dan tak ada permukaan yg tetap. Agar tetap sabar dan semanagat. Apabila terkait indikasi yg membosankan / indikasi lain maka perintahlah untk istirahat dan mengurangi aktivitas. Jangan sekali-kali mengomando murid untk mempelajari sesuatu yg dia belum cukup kepandaiannya / umurnya. Atau memberikan rekomendasi tulisan yg mengacaukan fikirannya. Jika adaseseorang yg mengajak bermusyawarah kepadanya baik dari segi kefahaman / hafalan dlm bacaan fak / buku-buku maka jangan berkomentar sesuatu sehingga dia mencobanya dan mengetahuinya sendiri apabila dia tak mampu pd akhirnya, maka komentarilah dgn sederhana terkait dgn bab yg dimaksud. Apabila dia sudah mampu memahami satu kitab dgn baik maka pindahkan kekitab lain yg sesuai dgn kemampuannya, apabila belum jangan dulu, itu semua karena memindahkan santri kepeda apa yg seharusnya dipindahkan / menambah semangatnya sedangkan menunjukkan kekurangannya mengurangi semangatnya. Begitu pula tidaklah mungkin bagi santri terbagi pikirannya pd dua fak pelajaran / lebih apabila belum menghafalnya. Tetapi mendahulukan yg terpenting secara berurutan. Apabila diketahui / dianggap belum layak pd satu bidang maka intrupsikan untk meninggalkannya dan pindah kelainnya yg bisa diharapkan kelayakannya.

KE-DELAPAN Hendaklah sang guru tak menampakkan menonjolnya pelajar dihadapan kawan-kawan lainnya dgn menunjukkan kasih akungnya perhatiannya padahal mereka sama sifat, umur / pengalaman ilmu agamanya kerana itu semua menyakitkan hati, akan tetapi jika diantara mereka ada yg semangat dan bertatakramalah lebih sopan maka tampakkanlah keseponanya dan terangkan kepada mereka bahwa dia memulyakannya karena sebab itu maka tak apa-apa.karena itu bisa menumbuhkan dan menimbulkan sifat seperti itu begitu pula tak boleh mendahulukan salah seorang murid dgn giliran yg lain dan mengahirkan yg lainnya kecuali bila ada masalahnya bisa menambah maslahah giliran itu, apabila bisa dimaklumi.

KE-SEMBILAN Hendaklah lemah lembut kepada para santri dan menyebutkan santri yg tak hadir, dgn penuh perhatian, mengetahui nama-nama mereka, nasab, asal dan mendoakan mereka agar mereka senantiasa baik, mengawasi tingkah laku dan tatakramanya secara dhohir ataupun yg batin, jika diantara mereka tampak sesuatu yg tak layak seperti melakukan sesuatu yg haram / makruh, kerusakan, malas / kurang sopan baik kepada guru / orang lain, ataupun banyak membicarakan sesuatu yg tak berfaidah, bergaul kepada seseorang yg tak patut digauli maka hendakmya sang guru mencegahnya dihadapan yg menyebabkan itu dgn mengarahkannya dan tak menyalahkannya. Apabila itu semua tak dpt menyelesaikan masalah maka diperingatkan secara rahasia (tertutup) / dihadapan dua orang tersebut. Tapi apabila hal itu belum bisa menyelesaikan maka dinasehati dgn agak keras berupa kata-kata yg lebih merasuk dan menjelaskan dihadapan umum.dan apabila masih belum bisa, maka diusir hingga jera dan mau kembali apabila jika dia sampai takut sebagian kawan akrabnya yg akan memojokkannya.

KE-SEPULUH Seorang guru harus jg membiasakan mengucapkan salam berbicara yg baik, kasih akung, tolong menolong, berbakti dan bertakwa. Semua itu sebagaimana peran agama terhadap Allah, dan peran dunia tehadap hubungan manusia untk menempurnakan dua kehidupan itu.

KE-SEBELAS Seorang guru berusaha untk senantiasa memperbaiki murid-murid, dgn perhatiannya, membantunya dgn sekuat tenaga denangan orentasinya / kemampuan hartanya tampa terpaksa. Karena Allah SWT senantiasa akan menolong hamba selam hamba itu mau menolong temannya. Dan barang siapa memenuhi kebutuhan kawannya, maka Allah SWT pun akan memenuhi semua kebutuhannya. Barang siapa membantu orang yg miskin, maka Allah akan memudahkan hisab / hitungannya dihari kiyamat, apalagi menolong orang yg menunutut ilmu.

KE-DUA BELAS Apabila pelajar tak masuk lebih dari biasanya maka hendaknya ditanyai keadannya kepada kawan yg biasa bersamanya apabila tak tahu maka mengutus kawannya / datangilah sendiri, karena itulah yg lebih utama.
Apabila ternyata dia sakit maka hendaknya dia dijenguk, apabila dlm keadaan susah maka membantunya, apabila akan berpergian, maka perhatikanlah siapa yg menemaninya dan bertanya pd kawan itu dan menanyakan keperluannya dan mengizinkannya dgn iringan do’a. ketahuilah bahwa santri yg sholeh akan lebih disukai oleh ilmunya, oleh gurunya dunia akhirat. Dari pd orang kaya dan kerabat-kerabatnya/famili-familinya. Oleh karena itu ulama’-ulama’ salaf senantiasa bersungguh-sungguh mencari santri yg bagi manusia baik ketika hidup / matinya. Walaupun hanya satu murid tetapi ilmunya bermanfaat, dan zuhud, perlakuannya baik dan tutur katanya baik, maka itu sudah cukup disis Allah. Karena satu ilmutak dpt berpindah kesatu orang keorang lain kecuali akan mendapatkan sebagaimana yg telah diterangkan oleh hadits shohih. Dari Nabi SAW : apabila anak adam meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara yaitu shodaqoh jariah, ilmu yg bermanfaat dan anak sholeh yg selalu mendo’akannya. Ketiga pin diatas ada pd orang yg mengajarkan ilmu (guru).
Adapun shodaqoh, maka mempelajari ilmu adlh termasuk shodaqoh, tidaklah kau lihat sabda Nabi SAW tatkala dlm musholla sendirian barang siapa bershodaqoh dgn ni (sholat) maka dia akan mendapatkan fadilah jama’ah, dan orang yg mengamalkan ilmu akan mendapatkan keutamaan ilmu, yg itu adlh lebih utama dari pd solat jama’ah, dan akan mendapatkan keutamaan dunia dan akhirat. Adapun ilmu yg bermanfaat maka jelas karena guru, menebabkan semuanya itu kepada orang yg mendapatkan ilmu yg bermanfaat. Adapun do’a anak yg sholeh (do’a yg baik) terbiasa diucapkan oleh orang yg ahli ilmu dan hadits senantiasa mendo’akan kepada gurunya.

KE-TIGA BELAS Rendah hati dihadapan muridnya dan tiap anak didiknya selam dia yg menegakakan lagi, Allah dan mau menundukkan lambungnya dan lemah lembut. Allah berfirman kepada nabinya rendahkanlah lambungmu kepada orang miskinyang mengikutimu, Nabi jg bersabda sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku untk senantiasa tawadhu’ tiada ketawaduan kecuali Allah yg mengangkatnya.

KE-EMPAT BELAS Bertutur kata kepada sitiap muridnya apalagi kepada murid senior dan memanggil dgn nama yg baik dan mengucapkan salam dan saran apabila bertemu dengannya dan memuliyakannya ketika mereka bertamu dan bertanya dgn lemah lembut tentang keadaannya dan orang-orang tentang dekat dengannya setelah menjawab salam, menemuinya dgn muka berseri-seri bahagia ramah dan penuh kasih akung dan melebihkan hal itu terhadap murid yg diharapkan kebahagiaannya. Itu semua dipahami dari wasiat Rosulullah SAW bersabda bahwa manusia mengikuti engkau sekalian dan banyak orang mendatangiku dari semua penjuru untk mempelajari agama kita mereka mendatangiku maka titiplah pesan kepada mereka untk senantiasa berbuat baik. Semoga bermanfaat Bab Vll bagian ke 2 Menerangkan Tentang Tatakrama Seorang Guru Bersama Muridnya


Terjemah Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim keseluruhannya meliputi 8 bab. di blog ni tersimpan menjadi 10 halaman:


1. Kutamaan Ilmu Dan Ulama Serta Keutamaan Proses Belajar Dan Mengajar
2. Bab ll Akhlaq Pelajar (santri) Pada Dirinya Sendiri
3. Akhlaq Seorang Pelajar Terhadap Gurunya
4. Akhlaq Pelajar Terhadap Pelajarannya
5. Akhlaq Ustadz Terhadap Diri Sendiri
6. Akhlaq Ustadz Ketika Mengajar
7. Akhlaq Guru Terhadap Santri
8.Tatakerama Seorang Guru Didalam Pelajaranya
9. Menerangkan Tentang Tatakrama Seorang Guru Bersama Muridnya
10.Tatakrama Seorang Pelajar Dengan Buku-buku Sebagai Alatnya Ilmu

other source : http://google.com, http://al-chikam.blogspot.com, http://reddit.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

All content at MY BLOG was found freely distributed on the internet and is presented for informational purposes only.
Images / photos / videos found in this site reserved by its respective owners.
We does not upload or host any files.
Home | DMCA | Contact