Senin, 21 September 2015

[horror] Foxcatcher (2015)

fenanote.blogspot.com - "I'm style="clear: both; text-align: center;">Foxcatcher (2015)

"I'm getting Dave. And I don't care how much it costs,"
- John Du Pont

RottenTomatoes: 88%
IMDb: 7,2/10
Metacritic: 81/100
NikenBicaraFilm : 4/5

Rated: R
Genre: Drama

Directed by Bennett Miller ; Produced by Megan Ellison, Bennett Miller, Jon Kilik, Anthony Bregman ; Written by E. Max Frye, Dan Futterman ; Starring Steve Carell, Channing Tatum, Mark Ruffalo, Vanessa Redgrave ; Music by Rob Simonsen ; Cinematography Greig Fraser ; Edited by Stuart Levy, Conor O'Neill, Jay Cassidy ; Production company Annapurna Pictures, Likely Story ; Distributed by Sony Pictures Classics ; Release dates May 19, 2014 (Cannes Film Festival), January 16, 2015 (United States) ; Running time 134 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $24 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Bersetting tahun 80-an, seorang miliuner eksentrik John Du Pont (Steve Carrel) menjadi sponsor tim gulat Amerika yg disebutnya Foxcatcher yg dipimpin oleh atlet pemenang olimpiade Mark Schultz (Channing Tatum) dan kakaknya Dave Schultz (Mark Ruffalo).
Review / Resensi :
Dengan cerita mengenai olahraga gulat, mungkin kamu mengira bahwa Foxcatcher adlh sebuah sports drama movie yg penuh semangat dan keringat, tapi yg kamu dapatkan justru sebaliknya. Kalau kamu sudah pernah mendengar tragedi yg menjadi inspirasi film ini, kamu akan tahu bahwa Foxcatcher adlh sebuah thriller drama yg kelam, panjang, dingin dan sebenarnya harus diakui - cukup membosankan. Ini bukan thriller yg benar-benar mencekam, tapi Bennet Miller yg sebelumnya menjadi sutradara Capote (2005) dan Moneyball (2011) membawakan Foxcatcher dlm atmosfer yg terasa asing dan dingin - yg sedikit banyak akan membuatmu merasa tak nyaman. If you never heard about John Du Pont or Schultz brothers, perhaps the best way to watch this movie is not googling about them before, so the ending might be a little surprise twist for you.
Harus saya katakan bahwa Foxcatcher mungkin bukanlah film yg bisa dinikmati semua orang, karena jalinan kisahnya yg lambat membuat Foxcatcher berpotensi untk membuat tertidur. Apalagi film ni begitu minim dialog dan tak ada adegan klimaks yg benar-benar seru (padahal film ni tentang pria gagah memakai baju ketat dan bergulat!). Daripada dialog, tampaknya Foxcatcher lebih ingin menyampaikan ceritanya melalui bahasa non-verbal - melalui gestur sang aktor, sehingga keheningan yg ada sangat membosankan. Kalau saya tak sibut berpikir apakah Mark Schultz (Channing Tatum) dan John Du Pont (Steve Carrel) terlibat hubungan romansa homoseksual / tidak, saya mungkin sudah terlelap. Tapi tampaknya memang inilah yg ingin disampaikan dan dibawakan Bennet Miller, membawa kita kepada dunia Du Pont - sang tokoh utama, miliuner eksentrik yg kesepian dan terisolasi dari dunia luar. Sepi, dingin dan kelam.

The first thing that came up to most people after watch this movie is: "Oh, Steve Carrel can act serious!". Sebenarnya ni bukan film Steve Carrel pertama dimana ia menjadi karakter yg serius - doi pernah main jadi pria depresif di Little Miss Sunshine (2006), tapi tampaknya ni adlh filmnya yg benar-benar film serius. Komedian yg terkenal berkat film The 40-Year-Old-Virgin (2005) dan Crazy Stupid Love (2011) ni nyaris tak bisa dikenali sebagai dirinya di Foxcatcher, berkat special make-up yg membuat siluet wajahnya berbeda. Tapi tak itu saja, Steve Carrel jg memberikan gestur dan akting yg sangat berbeda - membuat dirinya berhasil bertransformasi menjadi karakter John Du Pont seutuhnya yg angkuh, dingin, anti-sosial, eksentrik dan obsesif. Lihat bagaimana caranya berdiri dan berjalan dgn tangan di belakang, berbicara dgn gaya bicara yg pelan dan sedikit meninggi, serta kepalanya yg sedikit mendongak - Steve Carrel memberikan aura dan akting maksimal dlm menghidupkan karakter John Du Pont. Hal yg wajar sehingga akhirnya Steve Carrel mendapat nominasi Best Actor di Academy Awards tahun ini. Just for fun trivia, dinominasikannya Steve Carrel di piala Oscar jg menjadi prestasi tersendiri bagi Bennet Miller, karena pd 2 filmnya sebelumnya Capote dan Moneyball, para aktornya jg berhasil mendapatkan nominasi di katagori yg sama di ajang paling bergengsi di dunia perfilman itu, bahkan Phillip Seymour Hoffman menjadi Best Actor berkat perannya sebagai Truman Capote.
Tidak hanya Steve Carrel yg berakting sempurna, tapi jg Mark Ruffalo dan Channing Tatum yg memberikan salah satu akting terbaik selama karir mereka. Kekuatan akting mereka tak hanya hadir melalui postur tubuh yg sudah mirip pegulat, / dukungan make up yg membuat wajah mereka sedikit berubah, tapi jg bagaimana cara keduanya menghidupkan karakter mereka melalui bahasa tubuh. Saya mengenali bagaimana cara berjalan Channing Tatum yg berbeda - sedikit mengangkang, entahlah, mungkin itu cara berjalan pegulat - maupun bagaimana Mark Ruffalo menggosok - gosok dagunya saat berbicara. Sebuah detail sederhana tapi menjadi salah satu bukti bagaimana totalitas keduanya dlm menghidupkan karakter mereka masing-masing. Chemistry keduanya sebagai kakak beradik jg tampak jelas terlihat dan tersampaikan dgn baik.
Dari sisi sinematografi, Foxcatcher memberikan atmosfer yg sesuai dgn mood film yg ingin dibangun: dingin, kelam dan thrilling. Melalui sudut pengambilan gambar jauh dgn ruangan yg terasa kosong dan tone warna cenderung kebiruan, Foxcatcher menawarkan sensasi suasana yg sepi dan perasaan kesepian. Ini memang film yg hening dan boring, tapi Bennet Miller entah bagaimana membuat kita tak bisa berhenti menontonnya, karena kita memang menunggu jawaban dari pertanyaan bagaimana film membosankan ni akan berakhir? Dan ending yg tak terduga itu (jika kamu memang belum membaca berita tentang kisah nyata yg menginspirasi film ini), adlh bayaran yg pantas bagi kita yg dgn sabar menunggu film ni berakhir.
Overview:
Foxcatcher adlh sebuah thriller drama yang terasa asing dan dingin. Sebuah film yg berpotensi membosankan dan datar, tapi seandainya jika kamu mampu menontonnya dgn perspektif berbeda, maka Foxcatcher adlh sebuah film thriller yang brilian. Kekuatan Foxcatcher tak hanya ada pd Bennet Miller sebagai sutradara, tapi jg ketiga aktor utamanya yg mampu menghidupkan karakter masing-masing dgn sangat baik, terutama Steve Carrel yg nyaris tak dikenali sebagai komedian yg biasanya kamu kenal.
Random Note:
Watch out.
MAJOR SPOILER AHEAD.

So, why John Du Pont suddenly killed Dave Schultz?

Sebuah ending yg tak terduga, dan menimbulkan banyak pertanyaan bagi siapa saja yg telah menontonnya. Termasuk saya yg merasa frustasi ketika hal itu terjadi - karena saya sama sekali nggak menyangka. Jawaban pasti dari pertanyaan ni mungkin tak akan pernah kita ketahui, karena the real John Du Pont sudah meninggal di penjara, dan bahkan dirinya sendiri melakukan pembelaan mentally ill saat mempertanggungjawabkan perbuatannya di pengadilan. Dan mungkin jawabannya bisa sangat sederhana dan tak memuaskan, tak konkrit dan tak logis, seperti alasan Kevin kenapa melakukan pembunuhan massal di film We Need To Talk About Kevin (he told her mother, he think he knew, but he wasn't sure why he killed). Terlepas dari itu semua, setidaknya berdasarkan film Foxcatcher, menurut saya Bennet Miller memberikan jawabannya -versi film- secara implisit:
Saya pikir Du Pont membunuh Dave karena ia iri pd Dave. John adlh karakter yg kesepian, dan berupaya mendapatkan penghargaan dan validasi dari ibunya. Hidupnya sebenarnya tak jauh berbeda dgn hidup Mark - yg jg tengah berusaha melepaskan bayang-bayang dirinya dari sang kakak, Dave - dan itulah yg kemudian membuatnya Du Pont dan Mark merasa dekat. Tapi ketika Mark tak cukup memberikan penampilan terbaik, Du Pont yg terobsesi untk menang berusaha mendapatkan Dave - dan ni memicu pertengkaran antara Du Pont dan Mark. Kemudian Du Pont merasa bahwa ia tak memiliki hubungan yg konkrit sebagaimana yg dimiliki oleh kakak beradik Mark dan Dave, dimana sebelumnya kedua kakak beradik ni bertengkar tapi dgn cepat dpt kembali berbaikan, dan ni membuatnya makin merasa kesepian. Ia jg menyadari bahwa ia bukanlah pelatih dan pemimpin yg handal seperti Dave. Ia bahkan tak memiliki keluarga menyenangkan yg dimiliki oleh Dave. Intinya, Dave memiliki segalanya yg Du pont tak punya. Dan kemudian (menurut saya), pemicunya terjadi selepas Du Pont menonton film dokumenter propaganda yg menceritakan "kehebatan" dirinya sebagai pelatih Foxcatcher. Pada bagian endingnya, harusnya ada petikan wawancara Dave yg mengatakan bahwa Du Pont adlh pelatih yg baik - tapi rupanya tak ada karena Dave tak bisa "berbohong" mengenai peran Du Pont selain sebagai penyandang dana. So, semua itu, ditambah pula bahwa Du Pont mungkin memang sakit secara mental, menjadi alasan mengapa akhirnya Du Pont menarik pelatuknya dan menghabisi nyawa Dave.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

All content at MY BLOG was found freely distributed on the internet and is presented for informational purposes only.
Images / photos / videos found in this site reserved by its respective owners.
We does not upload or host any files.
Home | DMCA | Contact