
Saat sang muslimah pamit ke kamar mandi untk hajatnya, dgn bantuan seekor kecoa yg membuatnya berteriak ketakutan, syaithan bekerja dgn kelihaian menakjubkan. Di rumah yg seharusnya kami bangun surga dlm ridhaNya, kami jatuh terjerembab ke neraka. Kami melakukan dosa besar terlaknat itu, dia tersedu. Saya tak tega memandang dia dan sang ibunda yg menggugu. Saya alihkan mata saya pd adik lelakinya di sebalik pintu. Dia tampak menimang seorang anak perempuan kecil.
Kisahnya tak berhenti sampai di situ, lanjutnya setelah agak tenang. Pulang dari sana kami berada dlm gejolak rasa yg sungguh menyiksa. Kami marah. Marah pd diri kami. Marah pd adik dan ibu. Marah pd kawan yg memaksa turun di jalan. Marah pd kecoa itu. Kami kalut. Kami sedih. Merasa kotor. Merasa jijik. Saya terus menangis di jok belakang. Dia menyetir dgn galau. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami merasa hancur.
Dan kecelakaan itupun terjadi. Mobil mereka menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Tepat sepekan sebelum pernikahan.
Setelah hampir empat bulan koma, sambungnya, Akhirnya saya sadar. Pemulihan yg sungguh memakan waktu itu diperberat oleh kabar yg awalnya saya bingung harus mengucap apa. Saya hamil. Saya mengandung. Perzinaan terdosa itu membuahkan karunia. Saya takjub pd pilihan katanya. Dia menyebutnya karunia. Sungguh tak mudah untk mengucap itu bagi orang yg terluka oleh dosa.
Yang lebih membuat saya merasa langit runtuh dan bumi menghimpit adalah, katanya terisak lagi, Ternyata calon suami saya, ayah dari anak saya, meninggal di tempat dlm kecelakaan itu.
Subhanallah, saya memekik pelan dgn hati menjerit. Saya pandangi gadis kecil yg kini digendong oleh sang paman itu. Engkaulah rupanya Nak, penanda dosa yg harus dicintai itu. Engkaulah rupanya Nak, karunia yg menyertai kekhilafan orangtuamu. Engkaulah rupanya Nak, ujian yg datang setelah ujian. Seperti perut ikan yg menelan Yunus setelah dia tak sabar menyeru kaumnya.
Doakan saya kuat Ustadz, ujarnya. Tiba-tiba, panggilan Ustadz itu terasa menyengat saya. Sergapan rasa tak pantas serasa melumuri seluruh tubuh. Bagaimana saya akan berkata-kata di hadapan seorang yg begitu tegar menanggung semua derita, bahkan ketika keluarga almarhum calon suaminya mencampakkannya begitu rupa. Saya masih bingung alangkah teganya mereka, keluarga yg konon kaya dan terhormat itu, mengatakan, Bagaimana kami bisa percaya bahwa itu cucu kami dan bukan hasil ketaksenonohanmu dgn pria lain yg membuat putra kami tersayang meninggal karena frustrasi?
Doakan saya Ustadz, kembali dia menyentak. Semoga keteguhan dan kesabaran saya atas ujian ni tak berubah menjadi kekerasan hati dan tak tahu malu. Dan semoga sesal dan taubat ni tak menghalangi saya dari mencintai anak itu sepenuh hati. Aduhai, surga masih jauh. Bahkan pinta doanya pun menakjubkan.
Allah, sayangilah jiwa-jiwa pendosa yg memperbaiki diri dgn sepenuh hati. Cuci dia dari dosa-dosa masa lalu dgn kesabarannya meniti hari-hari bersama sang buah hati. Allah, balasi tiap kegigihannya mencintai penanda dosa dgn kemuliaan di sisiMu dan di sisi orang-orang beriman. Allah, sebab ayahnya telah Kau panggil, kami titipkan anak manis dan shalihah ni ke dlm pengasuhanMu nan Maha Rahman dan Rahim.
Allah, jangan pula izinkan hati kami sesedikit apapun menghina jiwa-jiwa pendosa. Sebab ada kata-kata Imam Ahmad ibn Hanbal dlm Kitab Az Zuhd yg selalu menginsyafkan kami. Sejak dulu kami menyepakati, tulis beliau, Bahwa jika seseorang menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, dia takkan mati sampai Allah mengujinya dgn dosa yg semisal dengannya. [Akhwatmuslimah.com]
Sumber : Buku ‘Menyimak Kicau Merajut Makna’ ust. Salim A. Fillah, diceritakan kisah serupa berdasarkan penuturan si perempuan kepada beliau. Judul asli, ‘Mencintai Penanda Dosa’, Hidayatullah.com, yhougam.wordpress.com, akhwat muslimah.com
Selesai.......
Baca Cerita Sebelumnya:
Seminggu Lagi Nikah, Lelaki Itu Zinahi Calon Istri, Lalu Meninggal Dunia Bag.1
other source : http://akhwat.gamis-jersey.com, http://fb.com, http://viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar