Sinopsis Jodha Akbar episode 495 by Sally Diandra. Dimedan pertempuran, Jalal sedang berperang melawan Kurb, Raja dari negara Kankar. Narator : “Perang kali ni tak begitu mudah bagi Jalal dan pasukannya, ni adlh perang untk melindungi keluarga Jalal, yaitu keyakinannya”
Jalal terlihat bertarung dgn keberaninanya yg sungguh besar dan akhirnya Jalal mampu melumpuhkan kekuatan Kurb yg berbadan tinggi besar, Jalal menaruh pedangnya di dada Kurb yg terbaring ditanah “Bunuh saja aku, Jalal ! Bunuh aku !” Kurb berteriak meminta untk dibunuh “Tujuanku kali ni bukan untk membunuh tapi menjalin persahabatan dgn kamu” ujar Jalal kemudian Jalal menyuruh prajuritnya agar membawa Kurb kedalam tendanya, pd saat itu Kurb berusaha untk menyerang Jalal lagi, dgn sigap Jalal segera berkelit dan meletakan kembali pedangnya pd leher Kurb, sementara seluruh anak buah Jalal mengelilingi mereka “Apakah kamu mau membunuh aku ? Temanmu sendiri ? Hanya untk seorang Raja yg keras kepala dan tak ingin membiarkan rakyatnya hidup bebas, kalau kamu mau membunuh aku maka bunuhlah aku ! Bunuh ! Silahkan !” Jalal kemudian memberikan pedangnya pd Kurb dan ditujukkan ke dada Jalal “Yang Mulia, apa yg anda lakukan ?” Maan Sigh sangat khawatir sesuatu yg buruk akan terjadi “Tidak ada seorangpun yg boleh ikut campur tangan diantara kami, ni hanya antara aku dan Kurb !” Jalal kembali menyuruh Kurb untk menyerangnya, Jalal sudah siap, saat itu Kurb sudah berusaha untk menyerang Jalal dgn pedangnya tapi kemudian dihentikannya sendiri “Aku tak mengerti mengapa aku tak bisa membunuh kamu, aku jg tak mengerti mengapa kamu melawan orang orang muslim ?” Kurb merasa bingung dgn kondisinya sendiri “Kita semua memiliki Allah SWT didalam hati kita masing masing, itulah mengapa kamu tak bisa membunuh aku dan aku bukannya melawan orang orang muslim, aku selalu berdoa, aku melawan seseorang yg memaksakan orang lain untk menerima Islam, ni adlh doa besar dgn sendirinya dan aku melawan itu, aku tak akan pernah melawan Islam, aku selalu tunduk pd Allah SWT tiap hari aku selalu mengerjakan sholat, aku hanya ingin menjadi temanmu” Jalal mengajak Kurb untk berpelukkan tapi tiba tiba saja Kurb bersimpuh dikaki Jalal dan berkata “Aku telah salah menilai kamu selama ini, sekarang aku menyadarinya bahwa ni adlh bagian dari dosa, kamu telah menyelamatkan aku dari perlakuan dosa ini, sekarang aku akan bersamamu semua, mendukung kalian dari dlm hatiku yg paling dalam, pemerintahanku akan menjadi bagianmu juga” Jalal menyuruh Kurb untk berdiri dan berkata “Aku tak membutuhkan daerahmu / pemerintahanmu, aku hanya ingin dukunganmu sebagai seorang sahabat” Jalal memeluk Kurb erat, mereka berdua tersenyum senang.
Diistana, diluar kamar Hamida, Jodha meminta pd Salima untk diijinkan bertemu dgn Hamida “Ratu Salima, tolong ijinkan aku bertemu dgn ibu, beliau keliatannya semakin sakit dari hari ke hari” Salima bingung tak tahu harus berbuat apa karena Hamida sudah mengultimatum tak mau bertemu dgn Jodha, tepat pd saat itu Rukayah mendengarkan pembicaraan mereka berdua “Ratu Jodha, bagaimana kalau setelah melihat kamu lalu serangan jantung ibu kambuh lagi ? Apakah kamu ingin Yang Mulia melihat kematian ibunya ?”, “Ratu Rukayah ! Jangan bicara seperti itu !” Jodha tak terima dgn ucapan Rukayah yg blak blakkan didepannya “Kalau begitu jangan temui beliau !” Rukayah membentak Jodha “Ratu Rukayah, Ratu Jodha hanya peduli pd ibu” Salima mencoba membela Jodha didepan Rukayah “Aku jg peduli sama ibu, itulah mengapa aku memintanya untk tak bahkan berfikir hendak menemui ibu, ibu tak suka melihat wajah Ratu Jodha !” ujar Rukayah dgn nada tinggi kemudian meninggalkan mereka “Ratu Jodha, kamu ingin melihat ibu kan ? Aku akan membawamu menemuinya” Salima berusaha membantu Jodha.
Tak berapa lama kemudian Salima masuk ke kamar Hamida bersama para pelayan hingga tinggalah seorang pelayan yg menemani Salima dan pelayan itu adlh Jodha yg menutupi wajahnya dgn dupattanya yg diturunkan kebawah sehingga tak terlihat wajahnya “Ibu, bagaimana keadaaan ibu ?” Salima berusaha membangunkan Hamida, Hamida membuka matanya “Salima, sering seringlah kesini menemani aku, aku merasa kesepian dikamar ni sendiri, Jodha itu datang kesini seperti seorang anak, menjadi ratu dan lupa pd tugasnya sebagai seorang anak” Jodha merasa sedih mendengar ucapan Hamida, Salima hanya tersenyum mendengarkan curahan hati ibu mertuanya “Ibu, bagaimana kalau ibu makan dulu ?”, “Aku hanya mengkhawatirkan Jalal dan para prajuritnya, hari ni adlh perang terbesar, kita tak tahu apa yg sedang terjadi disana, banyak prajurit yg tewas dlm perang, seandainya saja Jodha mau mengubah agamanya maka banyak prajurit yg tetap akan hidup” Hamida masih terus berkeluh kesah ke Salima, tepat pd saat itu Rukayah memasuki kamar Hamida bersama pelayannya, melihat ada Rukayah, Jodha segera hendak beringsut keluar kamar, Salima sendiri jg kaget ketika melihat kehadiran Rukayah “Berhenti kamu pelayan !” Rukayah segera menghentikan langkah Jodha, Jodha dan Salima kaget “Bawa piring piring ni keluar kamar !” Jodha menuruti perintah Rukayah, Jodha segera mengambil piring piring tersebut dan segera keluar dari kamar Hamida. Ketika berada diluar kamar Hamida, Jodha merasa bisa bernafas lega.
Malam harinya dimedan pertempuran, Jalal dan anak buahnya sedang mengadakan pesta kecil kecilan mereka sebagai pesta kemenangan mereka “Kita ni selalu menghargai tiap bangsa, kita telah membuktikan bahwa kita bisa bertarung !” ujar Jalal pd anak buahnya “Hidup Kesultanan Mughal ! Hidup Kesultanan Mughal ! Hidup Kesultanan Mughal !” semua yg hadir disana mengelu elukan nama kerajaan mereka “Abu Fazal, segera kirimkan sebuah surat ke raja Iran bahwa kita telah cukup kuat untk menyerang Iran akan tetapi kita sebenarnya tak ingin berperang, kita ingin hidup dlm damai tapi jika ada seseorang mencampuri urusan dlm negeri kita maka kita kan meladeninya dgn berperang” Abu Fazal mendengarkan secara seksama ucapan Jalal, kemudian Jalal memanggil anak anaknya, Salim, Murad dan Danial menghampiri Jalal, mereka langsung mendekat kearah Jalal berdiri “Kita akan segera kembali pulang ke Agra, dgn kemenangan kita, kita akan mengadakan sebuah perayaan yg megah di Agra dan kita akan mengumumkan Salim sebagai pewaris tahta kerajaan” Salim tersenyum senang sambil memperhatikan Murad yg kelihatan tak suka dgn ucapan Jalal, Murad kesal dan menampakkan mukanya yg masam, kemudian mereka melanjutkan pesta kembali “Salim, selamat calon pewaris tahta kerajaan !” Qutub memberikan selamat ke Salim, Salim jg senang dan mereka pun berpelukkan, sementara Murad dan Danial yg tak suka dgn pengangkatan Salim kembali sebagai putra mahkota mulai bergunjing “Yang Mulia, telah melakukan hal yg tak adil” Danial berusaha menghibur Murad “Aku ni bukan siapa siapa, Danial ... tapi hanya seorang pelayan bagi Yang Mulia” ujar Murad kesal. Tak berapa lama kemudian nampak Salim sedang berjalan jalan seorang diri sambil memikirkan Anarkali “Anarkali, sebentar lagi aku akan pulang, kali ni aku akan melempar jauh gelang kaki dari kakimu dan aku akan memakaikan mahkota pd kepalamu sebagai ratuku” bathin Salim dlm hati. Sementara Jalal teringat pd Jodha, rasa rindunya ke Jodha sudah tak tertahankan, Jalal ingin segera bertemu dgn Jodha.
Narator : “Di istana kerajaan Mughal di Agra, ternyata berita tentang kemenangan pasukan Jalal tak mencapai ke Agra karena suatu sebab yg tak diketahui, sementara pasukan Jalal sudah dlm perjalanan menuju ke Agra, sedangkan kesehatan Hamida semakin hari semakin menurun”
Dikamar Jodha, ketika Jodha hendak mengadakan pemujaan pd dewa Khrisna, pelayannya datang dan mengabarkan kalau Gulbadan hendak menemuinya, Jodha mengijinkan dan menunda pujanya, tak lama kemudian Gulbadan masuk kamar Jodha sambil membawa sepiring buah buahan “Bibi Gulbadan, bagaimana kabar ibu ?”, “Dia itu tak makan maka bagaimana bisa dia akan baik baik saja, Ratu Jodha” nada suara Gulbadan terdengar kesal dan marah ke Jodha “Aku ingin bicara dgn ibu tapi apa yg bisa aku lakukan, ibu tak ingin melihat wajahku” Jodha kembali sedih “Kamu itu bisa berbuat banyak ! Kak Hamida bisa makan dari tanganmu !”, “Tapi ibu tak ingin melihat wajahku, bibi ... maka bagaimana itu bisa terjadi ? Kesehatannya sedang menurun saat ni tapi ibu keras kepala” Jodha merasa bingung “Kamu jg sama ! Sama sama keras kepala jg ! Katakan padanya bahwa kamu siap mengubah agamamu, sekali ni saja buang rasa keras kepalamu itu ! Maka kak Hamida pasti akan makan !” ujar Gulbadan sambil menyerahkan piring berisi buah buahan itu ke Jodha, Jodha sangat terkejut mendengar ucapan Gulbadan “Tapi, bibi ... Yang Mulia telah berjanji padaku, apa yg akan aku katakan padanya bahwa aku melanggar perintahnya ?” Jodha kembali berada didilema yg cukup besar “Bukankah Yang Mulia jg memintamu untk menjaga kak Hamida selama dia tak berada disini, apa yg mau kamu katakan padanya ? ketika dia kembali pulang ke Agra dan dia melihat jenazah kak Hamida, apakah rasa keras kepalamu ni lebih penting dari pd nyawa ibumu sendiri ?” Gulbadan semakin kesal dan marah ke Jodha “Jika kamu ingin melihat kak Hamida sembuh dan sehat maka kamu harus membuang rasa keras kepalamu itu ! Kak Hamida tak akan bergerak dari tempatnya saat ini, dia tak akan makan apapun, dia jg sama seperti kamu, sama keras kepalanya !” ujar Gulbadan kesal kemudian meninggalkan Jodha seorang diri. Jodha sedih sambil memandang ke kuil dewa Khrisna “Kahnaa ... apa yg harus aku lakukan sekarang ? Aku sudah tak dpt berfikir apa apa lagi” Sinopsis Jodha Akbar episode 496 by Sally Diandra
.
source : http://reddit.com, http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com, http://detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar