Sinopsis Jodha Akbar episode 493 by Sally Diandra. Setelah berperang dari pagi hingga petang, malam harinya para pasukan Jalal beristirahat, Jalalpun sedang menikmati anggurnya ditendanya seorang diri tak lama kemudian Salim datang menemuinya “Asalamu’alaikum, Yang Mulia ... apakah anda memanggilku ?”, “Ya, betul Sekhu, kemarilah ... duduklah bersamaku” Jalal meminta Salim duduk disebelahnya kemudian menuangkan minuman anggur itu kedalam gelas dan memberikannya ke Salim “Ambilah ni !” Salim ragu ragu menerima gelas anggur tersebut, Salim merasa canggung ketika Jalal mengajaknya minum anggur “Yang Mulia, ni ... lalu mana minumanmu ?” suara Salim terdengar terbata bata, sementara Jalal hanya tersenyum “Ayoo kita berdua minum bersama sama, aku dan anakku, ambilah gelas ini, kamu tahu ... ayah sangat senang dgn kemenangan ni dan ni jg untk keberanianmu !”, “Kak Maan Sigh justru yg banyak membantu, Yang Mulia” ujar Salim sambil meminumkan gelas berisi anggur itu, tiba tiba Jalal tertarik dgn tangan Salim yg terluka “Sekhu, kenapa lukamu ni belum diobati ?” Jalal merasa khawatir pd tangan anaknya “Luka luka itu wajar saja bagi seorang ksatria, Yang Mulia ... malah menunjukkan ketangguhannya” Jalal tersenyum senang dan memuji Salim karena anaknya ni memiliki pemikiran yg sama dengannya “Ketika ibumu masuk dlm kehidupan ayah, dia memanjakan ayah dgn merawat luka luka ayah” Jalal memaksa untk mengobati tangan Salim, Salim merasa sungkan dgn perhatian Jalal tapi akhirnya membiarkan Jalal mengobati lukanya, kemudian Jalal mulai mengobati tangan Salim dgn salep dan membungkus luka Salim dgn kain putih, kecanggungan antara Jalal dan Salim sedikit demi sedikit mulai berkurang, mereka berdua mulai saling membuka diri satu sama lain, mereka berdua nampak bahagia karena saling berbagi cerita satu sama lain, Salim baru merasakan begitu dekat dgn ayahnya. “Yang Mulia, aku bisa merasakan kalau anda begitu mencintai Mariam Uz Zamani, anda berperang demi cintamu padanya, apakah benar begitu ?” Jalal tersenyum “Bukan seperti itu, Sekhu ... meskipun ayah sangat mencintai ibumu tapi perang ni bukan karena cinta, anakku tapi karena keyakinan dan keimanan seseorang yg tak bisa dipaksakan, jika seseorang ingin pindah agama, paling tak dia harus merasa yakin benar dlm hatinya bahwa dirinya memang ingin pindah agama, kita harus bebas memilih” Salim bangga pd ayahnya yg mempunyai pemikiran yg sama dgn dirinya “Saat aku menikahi ibumu, aku telah bersumpah untk tak memaksakan kehendakku padanya” Salim mendengarkan penjelasan Jalal dgn seksama, tampaknya Salim baru menyadari bagaimana ayah dan ibunya yg sesungguhnya.
Diistana Kerajaan Mughal, Hamida masih terbaring tak sadarkan diri dikamarnya, ditemani oleh Salima, Rukayah dan Gulbadan, tabib sedang mengecek kondisi Hamida “Bagaimana keadaan ibu, tabib ?”, “Ibu Ratu Hamida menderita serangan jantung, Ratu Salima” Salima, Rukayah dan Gulbadan terkejut mendengarnya “Ini semua karena Ratu Jodha ! Ratu Jodha yg menyebabkan kak Hamida seperti ni ! Seharusnya dia itu mau mengubah agamanya” Gulbadan menyalahkan Jodha, Salima yg tak setuju dgn pendapat Gulbadan hanya bisa diam, daripada memperburuk masalah “Jangan biarkan Mariam Makani setress dan terganggu jiwanya, Yang Mulia Ratu” tabib menyarankan pd anggota keluarga kerajaan untk menjaga perasaan Hamida, pd saat itu Jodha mau menemui Hamida tapi tak diperbolehkan oleh pelayan Hamida, Jodha hanya bisa berjalan mondar mandir diluar pintu kamar Hamida, tak lama kemudian Salima dan Rukayah keluar kamar “Ratu Salima, bagaimana keadaan ibu ?” Jodha sangat khawatir dgn keadaan Hamida “Saat ni ibu harus istirahat dgn tenang, Ratu Jodha ... kata tabib ibu terkena serangan jantung” Jodha panik “Yaa Kahnaa, tolong sembuhkanlah ibuku” doa Jodha “Doamu itu tak diperlukan, Ratu Jodha ! Karena kamulah penyebab kak Hamida terkena serangan jantung !” Gulbadan tiba tiba ikut keluar kamar menghampiri Jodha yg masih berdiri disana “Ratu Jodha, ni semua karena kamu, kenapa kamu membawa permasalahan ni ke sidang Dewan - E - Khaas ! Kalau orang lain yg melakukannya, mungkin kak Hamida bisa memakluminya tapi ni dilakukan oleh orang yg mengaku sebagai anaknya ! Tentunya hal ni sangat menyakitan untk kak Hamida !” Gulbadan terus menerus mempermasalahkan Jodha atas semua tindakannya ke kakak iparnya, Salima yg mendukung Jodha tak suka dgn tindakan Gulbadan yg terlalu memojokkan Jodha “Bibi, aku mohon bibi jangan berkata seperti itu” Rukayah yg senang melihat Jodha menderita, ikut ikutan mendukung Gulbadan “Iyaa kamu seharusnya tak membawa ibu ke sidang Dewan - E - Khaas”, “Aku tak melakukannya, aku tak memanggil ibu ke ruang sidang” Jodha mencoba membela dirinya “Tapi kamulah orangnya yg bisa melakukan itu ! Jangan lagi panggil kak Hamida dgn sebutan ibu !” Gulbadan masih kesal dgn Jodha kemudian pergi meninggalkan Jodha yg mulai menangis.
Narator : “Sementara Jalal bertempur melawan pasukan sekutu negara Iran, di Agra Jodha menghadapi pertempurannya sendiri dgn keluarga besar dan ibu mertuanya”
Sementara itu dimedan pertempuran, ditenda Jalal, Jalal sedang dibasuh badannya oleh para pelayannya, badannya yg terbuka menampakkan kejantanan seorang raja, tak lama kemudian Maan Sigh dan Rahim menemui Jalal ditendanya, mereka menginformasikan tentang perkembangan perang yg mereka lakukan. Mereka membawa dua pedang kehadapan Jalal “Apa ini?”, “Ini adlh pedang milik musuh kita yaitu dua negara sekutu Iran yg telah kita kalahkan, salah satunya milik dari Sultan Khirman, semuanya sudah kita tawan” Jalal tersenyum bangga “Aku senang senang sekali mendengar berita ini, selamat atas kemenangan ni Mann Singh”, “Aku mendapat kabar dari mata-mata bahwa Sultan Samarkand, Shah Ferghana, Taureq Beg, mereka semua tak akan melawan kita” ujar Rahim, Jalal tersenyum kembali mendengarnya, tepat pd saat itu Salim datang “Yang Mulia, aku ingin mengirim kabar baik ni ke Agra segera !”, “Bagus ! Lakukan itu anakku !” kemudian Jalal mengajak mereka minum dan bersulang untk merayakan kemenangan mereka.
Di Agra, dikamar Hamida, Hamida masih belum sadarkan diri, Jodha dan Salima datang menghampirinya, Jodha merasa sangat bersalah pd ibu mertuanya ini, Jodha bersimpuh dikaki Hamida ditemani oleh Salima tak lama kemudian Hamida mulai meracau memanggil manggil Salim “Salim ... Salim ...”, “Tabib ! Ibu sudah mulai siuman !” Salima segera berteriak memanggil tabib kerajaan, Rukayah dan Gulbadan datang menghampiri Hamida bersama tabib, tabib mulai mengecek kondisi Hamida, dia mengatakan kondisi Hamida mulai berangsur pulih, Hamida mulai membuka matanya dan dilihatnya satu per satu orang orang yg ada disekitarnya begitu dilihatnya ada Jodha, Hamida berkata “Suruh Ratu Jodha pergi, aku tak ingin melihatnya !” Jodha sedih mendengar ucapan Hamida, airmatanya berlinang membasahi pipi, Salima jg ikut terharu karena Salima bisa mengerti perasaan Jodha dan hanya dirinya saja yg mendukungnya “Ratu Jodha, lebih baik kamu keluar saja, karena kak Hamida tak ingin bertemu denganmu” Gulbadan menegur Jodha ketika dilihatnya nafas Hamida mulai naik turun “Iya, Ratu Jodha, lebih baik kamu pergi dulu dari sini, biar ibu agak baikkan” Rukayah jg ikut menimpali pembicaraan mereka, akhirnya Jodha mengalah dan pergi keluar dari kamar Hamida dgn berat hati.
Keesokan harinya dimedan pertempuran, pasukan Jalal kembali bertarung dgn pasukan musuh, para ksatria Mughal bertarung dgn gagah berani, ketika Murad hendak diserang dari belakang, Salim segera melindunginya “Apakah kamu baik baik saja ?” Salim mengkhawatirkan Murad “Kamu tak usah membantu aku ! Aku bisa melakukannya sendiri !” Murad bukannya berterima kasih ke Salim malah marah ke Salim, Salim merasa bingung dgn tingkah Murad, pertempuran pun terus berlangsung, tak lama kemudian Salim diserang oleh musuh, Jalal segera datang untk menolong Salim, sementara itu diistana Agra, dikamar Hamida, tiba tiba Hamida bangun dari tidurnya dan berteriak memanggil nama Salim “Saaaalllliiiimmmm !!!” semua yg menemaninya langsung menenangkan Hamida “Aku tak akan makan apapun sampai mereka kembali dgn selamat, ni semua demi anak dan cucuku” Hamida bersikeras akan terus puasa sampai Jalal dan anak anaknya pulang, dimedan pertempuran, Jalal membantu Salim menumbangkan musuh musuh yg mau menyerang Salim, Salim merasa senang dan bangga karena ayahnya ada disampingnya melindunginya.
Diistana kerajaan Mughal, Todar Mal sedang mengecek laporan keuangan kerajaan dan urusan administrasi kerajaan, tak lama kemudian Birbal menemuinya, Birbal mengutarakan kekhawatirannya terhadap kondisi Hamida dan negara bagian yg lain “Apakah kita harus mengabari Yang Mulia Raja tentang keadaan Mariam Makani ?” Todar Mal terlihat bingung “Tapi Yang Mulia Raja mengatakan pd kita bahwa urusan kerajaan akan ditangani oleh Ratu Jodha tapi saat ni Ratu Jodha sendiri yg terkena masalah” ujar Birbal
Sementara itu dikamar Jodha, Jodha teringat ketika Hamida memberikan syal untuknya, Jodha memegang syal itu dan menciumnya sambil menangis, sementara Jalal yg sedang duduk diluar tenda teringat pd Jodha, Jalal sangat merindukan Jodha, diciuminya surat yg dikirimkan Jodha untuknya, Jalal tersenyum bahagia sedangkan Jodha menangis pilu dikamarnya, meratapi nasibnya yg memilukan dan kerinduannya pd Jalal. Sinopsis Jodha Akbar episode 494 by Sally Diandra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar